√ [PENGALAMAN] Pelatihan Fasilitator Dukungan Psikososial pada Anak dan Kaum Muda oleh Save the Children - Heyraneey | Sharing is caring

[PENGALAMAN] Pelatihan Fasilitator Dukungan Psikososial pada Anak dan Kaum Muda oleh Save the Children

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, halo!

Akhirnya saya nulis lagi hehe. Kali ini  tentang kegiatan yang saya ikuti beberapa waktu lalu. Saya ingin berbagi tentang kegiatan Pelatihan  Psychosocial Support dari Save The Children yang saya ikuti di Bogor dan juga di Jakarta dari tanggal 25 September sampai 1 Oktober 2022 yang lalu.

 Oke jadi awal untuk ikut kegiatan ini adalah melalui proses seleksi ketat yang mana kita dinilai dari esai dan juga bagaimana pandangan kita, juga aktivisme kita sebelum ikut kegiatan ini dan yang akan dilakukan setelah kegiatan ini.

Jadi benar, seleksinya itu berdasarkan aktivisme yang dilakukan sebelumnya terutama berkaitan dengan anak dan juga orang muda. 


Hari sangat menyenangkan sih ketika mendapat informasi saya dinyatakan lulus sebagai fasilitator. Kali ini saya ingin cerita bagaimana perasaan dan pengalaman saya bergabung bersama dengan teman-teman yang memiliki aktivisme dan pola pikir yang luar biasa. Serta selama berkegiatan apa saja sih yang kita lakukan.

Sejak awal ketika bergabung yang pertama kita tentu adanya CSG atau Child Safe Guarding  itu berkaitan dengan privasi, konsen, perizinan, dan kerahasiaan. Hal itu sangat penting dan juga merupakan salah satu standar yang dimiliki oleh Save the Children untuk menjaga privasi dari anak-anak, kaum muda, dan semua yang ikut kegiatan. Jadi kita diberikan formulir informed consent apakah video dan foto kita bersedia untuk dipublikasikan atau tidak.


Kegiatan yang pertama kita diberikan basis pemahaman tentang betapa pentingnya dukungan psikososial itu. Dukungan psikososial baru dapat diberikan ketika kebutuhan primernya seperti sandang, pangan, dan papan yang sifatnya bisa juga temporer itu terpenuhi ketika bencana. 

Ada beberapa hal yang harus terpenuhi terlebih dahulu, baru bisa kita mencoba untuk berusaha mendekati dan memberikan dukungan psikososialnya. Hal ini karena untuk memberikan ruang terlebih dahulu kepada para korban bencana.


Psychosocial support atau dukungan psikososial itu adalah hal yang dapat diberikan oleh  semua orang yang terlatih tentu dan ini sangat berbeda dengan penanganan yang dilakukan oleh dokter spesialis kejiwaan dan lainnya.

Kemudian kita juga diberikan modul-modul itu isinya banyak sekali materi penting. Materi di modul dapat kita berikan ataupun ajarkan pada saat adanya bencana. Nah, karena intervensi dukungan psikososial yang dilakukan secara kontinu ya jadi modulnya itu bertahap. Ada yang dari tahap awal sampai tahap akhir.


Dan banyak sekali materi yang sangat berguna dan materi-materi yang dapat menambah pengetahuan variatif dengan permainan juga. Hal yang paling penting pada saat kita memberikan psychosocial support adalah sifat kerelawanan ataupun volunteer jadi karena konsepnya seperti itu mengiming-imingi anak atau misalnya mengajak anak secara paksa atau mengancam anak untuk turut serta dan sebagainya itu  tidak diperkenankan. 


Namun,kalau di akhir kita ingin memberi sesuatu kepada anak sebagai bentuk apresiasi itu sangat diperbolehkan tanpa mengiming-imingi, itu dua hal yang berbeda dan sangat disarankan untuk memberikan makanan yang bergizi seperti buah-buahan. Apel, jeruk, dan pir serta menghindari buah-buahan yang harus dipotong terlebih dahulu misalnya pepaya hal ini untuk menjaga kebersihan dan kualitasnya tersendiri 

Jadi Mungkin saya akan menceritakan hal-hal yang saya rasakan dan perubahan atau transforming saya selama satu minggu mengikuti kegiatan ini

 Paling diperhatikan adalah consent ataupun persetujuan ya! Persetujuan ini saya rasakan yang sangat ketat juga. Konsepnya apapun itu, harus ada persetujuan misalnya ingin meminjam barang teman, bertanya tentang privasi dan  disarankan memberikan ruang pribadi untuk teman-teman yang lain serta sangat mengapresiasi dan menghargai teman.

Saya juga belajar, bagaimana berinteraksi dengan anak secara lebih baik, membuat anak menjadi nyaman kuncinya. Membuat anak nyaman adalah memberikan ruang kepada anak sendiri untuk berproses dan berpikir, karena anak  sebenarnya adalah pribadi yang sangat kritis dan anak bukan miniatur orang dewasa sehingga ketika ingin mengajak anak ikut berpartisipasi  ajak anak secara perlahan. Kalau misalnya anak tidak ingin berpartisipasi tidak masalah,  ditemani saja  dan dipastikan dia tidak sendirian. Bisa diberikan ruang dengan memerhatikan anak dari jauh dan memantaunya, tidak harus memaksa anak untuk ikut kegiatan kita .


Pemilihan diksi kepada anak juga menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti oleh anak, kemudian juga gunakan bahasa yang sederhana tidak harus bahasa yang sulit dan yang tidak dimengerti anak.


Saya juga merasakan bagaimana teman-teman sangat suportif di setiap kegiatan. Saling menghargai pendapat, saya juga sangat bersyukur memiliki teman kamar alias roommate yang memiliki pemikiran sangat terbuka dan luar biasa. Kita berbagi cerita sebelum tidur dan saya melihat bagaimana pandangan dan kemajuan Indonesia di masa depan ketika melihat teman kamar saya yang sangat luar biasa tersebut. Kita berbagi cerita dan saya merasa sangat sefrekuensi sehingga kita berbagi dampak positif, berbagi pengetahuan, itu membuka pemikiran saya, ternyata masih banyak hal yang bisa kita lakukan dan hal tersebut tidak harus hal yang besar akan tetapi bisa hal yang kecil, tetapi bisa berdampak sangat besar kepada orang lain. 


Selain itu, rasa kekeluargaan dan rasa menghargai yang sangat tinggi itu membuat saya nyaman dan itu adalah hal yang saya juga pelajari.  Ketika kita dapat menoleransi, memahami orang lain ternyata itu menimbulkan kenyamanan secara tidak langsung, tanpa kita harus mengatakan bahwa kamu harus nyaman dengan saya. Ketika kita memberikan aksi yang nyaman kepada orang lain itu merupakan hal yang luar biasa.

Hal yang juga baru sekali saya dapatkan di kegiatan ini adalah menghargai waktu, yang mana waktu kami sangat dihargai terutama waktu anak-anak sehingga kita kegiatan dari pukul 9 pagi  sampai dengan 4 sore. Jadi malam itu tidak ada kegiatan yang formal, tetapi kita diskusi lanjutan memang. Namun, kegiatan formalnya tidak ada. Sangat  menghargai waktu anak-anak dan waktu istirahat, ini adalah hal yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. 


Setelahnya juga saya  sangat menghargai ketika kita dapat merasa aman selagi kegiatan, yang mana kegiatan ini menjaga kemanapun kita pergi. Kita pasti akan didampingi oleh yang namanya pendamping begitu pula untuk usia anak yang ikut kegiatan.   Jika saya tulis semua praktik baik dan hal baik yang saya dapatkan, saya rasa sepanjang apapun itu nggak akan selesai karena banyak sekali hal-hal baik dan praktik baik yang saya dapatkan di sini.

Mungkin itu saja kali yaa yang ingin saya bagikan praktik baik dan hal-hal baik.


Semoga kita terus bisa berbuat baik, kerelawanan, dan kebahagiaan. Amiin 

Sekian, terima kasih yaa sudah membaca.




Get notifications from this blog

Halo! Terima kasih sudah membaca.